tag:blogger.com,1999:blog-45598601909942646092024-03-07T19:15:52.562-08:00cinta_bloggercinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-34340345524886891462008-07-21T19:09:00.000-07:002008-07-21T19:27:39.635-07:00tugas filsafat 1 id,ego,superego<div style="text-align: justify;">Dalam filsafat adanya Id, Ego , Superego oleh sebab itu kita harus mengerti apa yang dimaksud id ,ego ,superego agar kita mengerti tentang itu.<br />pengertian Id adalah komponen kepribadian yang berisi implus agresif dan libinal, dimana, sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan.<br />Id merupakan sistem kepribadian seseorang tetapi id biasa tidak dimiliki oleh manusia.<br />yang dimaksud Ego adalah terjadinya kontak dengan realitas yang ada diluar dirinya. Ego berperan untuk memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian. jadi ego mengontorl dirinya untuk mengerjakan apapaun.<br />Ego muncul disebabakan oleh kebutuhan-kebutuhan suatu organisme seperti manusia lapar jadi manusia butuh makan untuk menghilangkan rasa makan laparnya. Maka Ego bekerja diluar kemampuan seorang diri manusia.<br />Sedangakan Super Ego ialah bagian moral dari kepribadaian manusia, karena ia tahu mana yang benar- salah, baik-buruk dan boleh atau tidak.<br />Super Ego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat<br /></div>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-24068537764295879372008-04-29T02:12:00.000-07:002008-04-29T02:19:26.578-07:00tugas BK 11. Bagaimana cara pendidik memeberikan motivasi kepada kliennya agar mereka menggapai karirnya dengan baik ?<br />2. Bagaimana pendidik dapat menerapkan sikap dan tingkahlaku yang disesuaikan dengan lingkungannya ( dapat memberikan contoh kepada kliennya ) ?<br />3. Bagaimana cara pendidik membawa potensi bawaan kepada kliennya ?<br />4. Bagaimana seorang pendidik mampu memahami kepribadian kliennya ?cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-15656167052949551132008-04-22T00:56:00.000-07:002008-04-22T00:59:46.186-07:00tugas bimbingan konseling B<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="SV">TEORI BEHAVIORISME<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span></p><div style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama <i style="">teori belajar, </i>karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (<i style="">Homo Mechanicus). </i>Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></i></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Prinsip-prinsip teori behaviorisme<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Obyek psikologi adalah tingkah laku<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">mementingkan pembentukan kebiasaan<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Aristoteles berpendapat bahwa pada watu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. <i style="">Hedonisme</i>, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam <i style="">utilitarianismem </i>perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV">Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))<o:p></o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><u><span style="" lang="SV">Hukum kesiapan (Law of Readiness)<o:p></o:p></span></u></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu<span style=""> </span>sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><u><span style="" lang="SV">Hukum latihan<o:p></o:p></span></u></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><u><span style="" lang="SV">Hukum akibat<o:p></o:p></span></u></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV">Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)<o:p></o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><u><span style="" lang="SV">Teori pelaziman klasik<o:p></o:p></span></u></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.<span style=""> </span>Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV">Skinner (1904-1990) <o:p></o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa<span style=""> </span>dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><u><span style="" lang="SV">Prinsip belajar Skinners adalah :<o:p></o:p></span></u></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">dalam pembelajaran digunakan shapping<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV">Albert Bandura (1925-sekarang)<o:p></o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (<i style="">social learning). </i>Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik). <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> <span style="" lang="SV">Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.</span></div>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-17074932665840031022008-04-01T18:09:00.000-07:002008-04-01T18:27:03.192-07:00PERMASALAHAN SILABUS BK SMA XII<p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Pada permasalahan bimbingan konseling pada siswa kelas XII yaitu, kebanyakan siswa XII permasalahan dengan mencapai kematangan dalam berkarir.</p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Kematangan dalam berkarir sebagai keberhasilan seorang siswa SMA menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir siswa SMA berada ada tahapan eksplorasi( usia 15-24)</p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Pada permasalahan-permasalahan pada siswa SMA XII dalam pencapaian kematangan dalam karir yaitu: </p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Terjadinya tingakat emosional</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan dalam karir</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Adanya tahapan percobaan</p></li><li>tidak percaya diri terhadap dirinya</li><li>tidak yakin akan kemapuanya dalam karirnya yang ingin ia pilih<br /></li></ul> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Cara mengatasi permasalahan ini pada siswa kita harus mampu memberinya semangat untuk menggapai karirnya tersebut ada berberapa tahap yaitu:</p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Kebutuhan dalam minat, nilai, kemampuan dan kesempatan dibuat.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Orientasi terhadapa pilihan karir, yakni sejauh man siswa menyadari kebutuahn untuk memilih suatu pekerjaan danmenyadari berbagai factor yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Informasi dan perencanaan,yakni informasi yang reliebal yang dimiliki oleh siswa untuk membuat keputusan karir dan untuk membuat perencanan masa depan yang logis dan kronologis.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Keminatan dalam pekerjaan yang siswa ambil demi masa depannya</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Kebabasaan dalam memilih karirnya</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">mengajarkan bagaiman cara menikmati yang berkaitan dalam pekerjaanya</p> </li></ul> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">Oleh sebab itu kita sebagi seorang guru harus mampu mengetahui bagaimana kondisi Siswa kita. Pada siswa SMA XII masa-masa terjadinya kebimbangan pada diri mereka dalam pemilihan karir. Oleh sebab itu seorang guru kita harus mampu memberinya pilihan-pilihan yang menurut mereka baik untuk masa depanya.</p>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-54393944431956517672008-03-24T00:55:00.000-07:002008-03-24T01:32:12.705-07:00perkembangan piskolog remaja<div class="post hentry"> <div class="post-body entry-content"> <div align="justify"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(153, 51, 153);">Adolescence atau '<b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>' itu berasal daripada perkataan Latin iaitu "adolescere" yang bermaksud "membesar" atau "membesar menjadi matang" (Rogers, 1981).<br />Dari sini menunjukkan zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> itu merupakan suatu proses dan bukannya satu jangkamasa. Proses yang dimaksudkan di sini ialah proses mencapai atau memperolehi sikap dan kepercayaan yang diperlukan demi penglibatan yang berkesan dalam masyarakat. Zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> ini dilihat sebagai satu zaman yang dimulai dengan akil baligh dan berakhir apabila memasuki alam dewasa. Ia merupakan satu zaman peralihan atau transisi antara zaman kanak-kanak dengan zaman dewasa.<br /> Definisi <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> ini banyak diperkatakan oleh ahli <b style="color: black; background-color: rgb(255, 255, 102);">psikologi</b> dan ada di antaranya mendefinisikan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> sebagai suatu tempoh <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> fizikal, satu konsep yang abstrak, satu fenomena sosiobudaya atau berdasarkan sikap <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> terhadap hidup.<br />Manakala menurut Kamus Dewan ( Edisi Tiga ) <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> merupakan mulai dewasa, sudah akhil baligh, sudah cukup umur untuk berkahwin dan sedang melalui proses inginkan 'cinta'.<br />Persoalan yang sering dikaitkan dengan pencarian identiti adalah merupakan persoalan utama bagi <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Persoalan "Siapakah saya?", "Apakah bidang kerjaya yang sesuai dengan saya?", dan sebagainya yang membawa maksud identiti apa yang membuatkan seseorang itu berbeza dengan orang lain.</span></span></div> </div> <div class="post-footer"> <p class="post-footer-line post-footer-line-1"><span style="font-size:100%;"><span class="post-icons"></span></span></p> </div></div> <div class="post hentry"><span style="font-size:100%;"><a name="3759656003644938889"></a><a href="http://shukreyahz.blogspot.com/2007/02/perkembangan-fizikal_09.html"><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Fizikal</a></span><h3 class="post-title entry-title"> </h3><span style="font-size:100%;">Zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> adalah tempoh yang mana seorang individu dikelilingi oleh isu-isu seksual, iaitu keupayaan mengalami ataupun melahirkan perasaan seks. Perubahan kematangan seks dan perubahan hormon yang terlibat adalah asas bagi kematangan seks seorang <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> adalah masa mempelajari seks dengan tujuan mencari suatu identiti seks peribadi. Pada peringkat usia ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mempunyai perasaan ingin tahu yang tinggi mengenai misteri alam seks. Pada peringkat ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> memikirkan sama ada mereka mempunyai daya tarikan seks, adakah <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> mereka berterusan, adakah mereka akan dicintai oleh seseorang dan adakah normal apabila mereka melakukan hubungan seks. Kebanyakan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> akhirnya menunjukkan <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> seksual yang matang tetapi terdapat jangka masa yang mana hadirnya perasaan kekeliruan dan perasaan mudah dilukai sepanjang kehidupan seksual mereka.Mengikut seorang ahli <b style="color: black; background-color: rgb(255, 255, 102);">psikologi</b> Stanley Hall (1904) zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> ialah jangka masa seseorang itu mengalami berbagai cabaran dan tekanan ( storm and stress ). Ini bermaksud <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> yang mengalami perubahan fizikal, intelek serta emosi dan terpaksa berhadapan dengan berbagai konflik di dalam dirinya dan juga masyarakat.<br /></span><div class="post-body entry-content"> <p> </p><div align="justify"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(153, 51, 153);"><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> fizikal <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perlu diketahui bagi membantu memahami tentang sesetengah <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> yang lambat atau cepat dalam pekembangan mereka dan apakah kesan-kesan disebaliknya.<br />ketika ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>-<b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> lelaki dan perempuan secara sedar atau tidak akan mengalami perubahan dari segi bentuk tubuh badan dan emosi. Perubahan-perubahan ini berlaku akibat tindakan hormon dalam bentuk badan. Kadar pembesaran dan perubahan zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> adalah berbeza di antara <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> lelaki dan perempuan. Malah kadar pembesaran adalah berbeza di antara seorang individu dengan individu yang lain.<br /></span></span><span style="color: rgb(153, 51, 153);"><strong><br />Kematangan Biologi<br /></strong>Pada awal alam keremajaan, <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> selalunya sibuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan yang berlaku pada tubuhnya. Kesedaran ke atas kejantinaan diri semakin bertambah. Ini sudah pasti memberi kesan kepada imej tubuh serta konsep kendiri. Pada usia beginilah dia terlalu prihatin dengan keadaan tubuhnya. Dia sering membezakan dirinya dengan rakan sebaya yang lain. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> yang cepat matang mempunyai beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan yang lambat matang. Mereka terlebih dahulu mengambil tempat dalam masyarakat <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> sementara mereka yang lambat matang perlu bersaing daripada sudut fizikal dan sosial bagi mendapat tempat yang istimewa dalam kelompok <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>.<br /><br /><strong>Tingkah Laku Heteroseksual</strong><br /><b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> zaman dahulu mempunyai sikap yang berbeza ke atas pelbagai aspek seksual berbanding dengan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> zaman sekarang, terutamanya <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perempuan. Sebuah kajian ke atas kelompok pelajar sebuah kolej di Amerika Syarikat di antara tahun 1900 dengan tahun 1980 menunjukkan peratusan orang muda yang melakukan hubungan seks meningkat; dan kadar pelajar perempuan yang melakukan hubungan seks meningkat lebih cepat dibandingkan dengan pelajar lelaki. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> perempuan belajar mengaitkan seks dengan cinta. Beberapa buah kajian di Barat menunjukkan bahawa cinta adalah faktor utama ramai <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perempuan melakukan hubungan seks. Keinginan berkahwin dengan pasangan mereka juga wujud di kalangan pelajar wanita tetapi kurang bagi pelajar lelaki. Faktor-faktor lain adalah seperti desakan teman lelaki, perasaan ingin tahu dan keinginan seks yang tidak berkaitan dengan cinta.<br /><br /><strong>Akil Baligh</strong><br />Di akhir zaman kanak-kanak, satu siri perubahan biologi dan <b style="color: black; background-color: rgb(255, 255, 102);">psikologi</b> akan berlaku yang membawa mereka ke alam <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Alam <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> akan membawa mereka ke dalam kematangan sama ada dari segi fizikal, dan pemikiran mereka turut berubah serta turut berperanan dalam masyarakat.<br />Baligh adalah merupakan perubahan biologi yang menandakan permulaan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Ianya bermula apabila tahap hormon yang memasuki salran darah meningkat ekoran respon kepada isyarat daripada bahagian otak iaitu hipotalamus. Apabila tahap pertumbuhan hormon bertambaha dalam badan, lonjakan pertumbuhan kanak-kanak dengan tiba-tiba akan berlaku. Lonjakan ini merupakan tanda yang nyata tentang permulaan akhil baligh. Apabila ini berlaku perkara yang paling ketara semasa baligh adalah merupakan <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> permatangan seksual iaitu kebolehan pembiakan.<br />Bagi <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> lelaki perubhan yang akan berlaku ialah suara menjadi garau, misai dan janggut mula tumbuh, bahu dan dada menjadi bidang, jerawat mula tumbuh, mengalami mimpi yang menghairahkan sehingga mengeluarkan air mani serta zakar dan buah zakar mula membesar. Pengalaman inilah menunjukkan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> lelaki telah akil baligh.<br />Bagi <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perempuan pula perubahan yang akan dialami seperti buah dada (payudara) mula membesar, bulu tumbuh di celah ketiak dan bahagian ari-ari, Punggung melebar menunjukkan ciri-ciri kewanitaan, jerawat mula tumbuh, mula didatangi haid, suara mungkin berubah dari suara keanak-anakan kepada suara yang lebih matang.<br /><br /></span><span style="color: rgb(153, 51, 153);"><strong>Teori dan Konsep</strong>Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), akil baligh bermula pada usia 15 tahun atau mungkin lebih awal dari yang dianggarkan. Pada masa ini, kanak-kanak melalui peringkat kedua kelahiran, bentuk badan mula berubah dan keinginan muncul dari dalam, "Perubahan angin, kemarahan, perubahan fikiran, membuatkan mereka tidak dapat mengawal". Mula berasa segan atau malu apabila berhadapan dengan kehadiran orang yang berlainan jantina, mereka mula merasai perasaan seksual. Dengan kata lain mereka mula tertarik antara satu sama lain. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> juga mengalami <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> kognitif. Mereka sudah mampu menghadapi konsep yang lebih abstrak dan mula berminat dalam perkara-perkara yang melbatkan teori dalam pelajaran sains dan moral.<br />Manakala Sigmund dan Anna Freud, awal <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> adalah peringkat yang paling bermasalah disebabkan perubahan dramatik <b style="color: black; background-color: rgb(255, 255, 102);">psikologi</b> yang berlaku pada masa ini. Dorongan seksual dan agresif, yang bukan semasa peringkat latensi, sekarang mengganggu ego dan daya tahannya. Zon genital, khasnya didorong tenaga seksual yang hebat, dan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> ini sekali lagi dilanda fantasi oedipal. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> ini mungkin rasa susah atau tidak selesa apabila berada di kalangan ibu bapanya<br />Stanley Hall (1904) berpendapat perkembanagan seseorang individu ditentukan oleh naluri iaitu tenaga-tenaga biologi dan faktor genetik dan bukannya persekitaran. Beliau mengatakan zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> sebagai zaman 'storm and stress' yang bersifat biologikal yang terhasil daripada perubahan-perubahan yang berlaku semasa baligh yang tidak dapat dielakkan. Mencapai akil baligh merupakan satu masa apabila emosi menjadi tidak stabil dan tergugat. Hall percaya bahawa hasil daripada tekanan-tekanan dan perubahan tersebut, <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> akhirnya akan menjadi individu yang matang dan bermoral. </span></div> </div> <div class="post-footer"> <p class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-icons"></span></p> </div></div> <div class="post hentry"><a name="1102857352074784643"></a> <h3 class="post-title entry-title"><span style="font-size:100%;"><a href="http://shukreyahz.blogspot.com/2007/02/perkembangan-psikososial_3766.html"><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Psikososia</a></span></h3><h3 class="post-title entry-title"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size:85%;">Zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> bukan sahaja suatu jangka masa yang dapat menggugat diri <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b><b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Umpamanya dorongan syahwatnya wajib dikekang menurut ajaran agama serta norma-norma sosial.</span> tetapi juga keluarganya. Proses pembesaran dan usaha ke arah kematangan bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Dalam usaha menyatupadukan tuntutan biologi dan sosial (yang mungkin bertentangan), kekeliruan boleh terjana dalam kehidupan seorang <strong></strong></span></h3> <div class="post-body entry-content"> <p> </p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;"><strong><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Identiti</strong><br />Setiap individu mempunyai identiti.. Akan tetapi bukanlah mudah untuk memberi pengertian yang tepat tentang identity. Ini disebabkan setiap identity seseorang itu amatlah rumit dan ia melibatkan pelbagai kualiti dan dimensi. Selain itu erti identiti juga bergantung atas pengalaman subjektif. Dari situ boleh juga secara rengkasnya identity bererti satu set cirri personaliti yang lebih kurang stabil.<br />Individuasi merupakan proses di mana <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mula mempunyai satu identitii yang berbeza antara dengan yang lain. Proses ini melibatkan empat fasa iaitu perbezaan, amalan dan eksperimen, membaharui perhubungan dan konsolidasi.<br />Fasa perbezaan yang berlaku pada awal <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>, di mana dia akan tahu bahawa wujud perbezaan antaranya dengan ibu bapa dari segi <b style="color: black; background-color: rgb(255, 255, 102);">psikologi</b>. Ini akan menjadikan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b><b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> itu sedar bahawa ibu bapanya bukanlah begitu sempurna seperti yang dianggapnya semasa kanak-kanak. </span> menyoal dan membincang nilai dan nasihat ibu bapa walaupun ianya adalah betul. Mereka tidak akan melakukan perkara yang dicadangkan , ini semakin mendalam apabila </p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Semasa amalan dan eksperimen pula, <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> berpendapat dia tahu segalanya dan tidak akan melakukan kesilapan. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> pada masa ini tidak akan menerima nasihat dan mencabar kewibawaan ibu bapa dalam keadaan tertentu. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> meningkatkan komitmen terhadap rakan sebaya yang memberinya sokongan dan persetujuan yang dicari-carinya. </span></p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Membaharui perhubungan merupakan fasa yang berlaku pada pertengahan zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b><b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> akan mencabar dan pada masa yang lain akan bekerjasama dan berdamai. Pada fasa ini, didapati <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> sering cuba sedaya upaya menerima tanggungjawab di rumah tetapi akan merasa marah dan geram apabila ibu bapa berkeras untuk memastikan masa untuk balik ke rumah dan harus diberitahu ke mana <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> itu pergi. </span> apabila dia telah dapat mengasingkan dirinya daripada ibu bapa. Kesedaran yang menimbulkan sediit rasa gundah dan ketakutan akibat pengasingan ini membawanya kembali ke pangkuan ibu bapa dan menerima semula autoriti ibu bapa tetapi dengan syarat. Selalunya </p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Konsolidasi pula merupakan fasa keempat yang akan berlarutan sehingga akhir <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Pada masa ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> akan membina identity personaliti dan ini menjadi asas memahami dirinya dan orang lain serta mengekalkan autonomi, kebebasan dan individulitinya. Sebagai contoh <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b><b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> dan selalunya sehingga dewasa. </span> pada fasa ini berumur lingkungan 18 dan 19 tahun boleh menentukan kerjayanya dan berusaha terhadap pencapaian cita-citanya dan boleh membayangkan cara bagaimana untuk menyara dirinya pada masa hadapan. Proses individuasi ini berlanjutan masa zaman </p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;"><strong><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Konsep Kendiri</strong></span></p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Konsep kendiri merupakan satu aspek yang penting kepada kewujudan dan tingkah laku seseorang individu. Persepsi terhadap kendiri ternyata akan menentukan apa yang seseorang itu alami dan bagaimana ia mengalaminya. Konsep kendir juga membenarkan seseorang individu menghubungkan diri dengan persekitaran dengan cara yang tidak akan menggugat keutuhan peribadi.</span></p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Konsep kendiri amat penting kepada remja kerana pelbagai sebab. Oleh kerana mengalami peningkatan kekuatan fizikal dan tahap autonomi semasa ini, <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mula mempunyai darjah kebebasan yang tertentu. Jika semasa ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mempunyai konsep kendiri yang tidak betul, maka sudah tentulah ia amat membahayakan kepada diri mereka dan orang lain. Mereka mungkin akan menjadi devian, tiada keyakinan diri, tersisih dan sebagainya.<br /></span></p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Konsep kendiri <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> juga berkaitan dengan cara <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> itu mempersepsikan dirinya secara fizikal. Ekoran itulah <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> terlalu prihatin dengan bentuk tubuh badannya, fesyen rambut dan baju menjadi symbol diri dan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mula gemar merayau-rayau di kompleks membeli-belah.</span></p> <p align="justify"><span style="font-size:100%;">Cara mengukuhkan konsep kendiri antaranya adalah:-</span></p> <ul><li> <div align="justify"><span style="font-size:100%;"><em>Pengukuhan melalui kesempurnaan kendiri<br /><br /></em>Cara ini merupakan kaedah yang paling asas untukkukuhkan konsep kendiri atau dengan kata lain satu proses menjadikan yang terbaik dan diri yang sebenar. Kesempurnaan kendiri menekankan soal <b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">perkembangan</b> potensi kendiri yang membina dan bukannya tumpuan pada halangan-halangan hidup atau penyesuaian seperti takut, bimbang, kecewa dan sedih. Kesempurnaan kendiri ini tidak semua <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> dapat mencapainya. Walaubagaimanapun <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perlu dibimbing untuk berusaha bergerak untuk mencapainya.<br /><br /></span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-size:100%;"><em>Pengukuhan melalui identifikasi<br /></em><br />Identifikasi bermaksud kemuncak niali dan tuuan hidup kendiri. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> tidak boleh membuat identifikasi dengan orang lain dengan cara keterlaluan kerana dibimbangi mereka tiada identiti kendiri, sukar menyatukan nilai-nilai orang lain dan akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Ini sering berlaku kerana <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> sering membuat identifikasi dengan pelakon kesayangan atau penyanyi pujaan mereka yang sebenarnya tidak dikenali. Hakikatnya, <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> perlu sedar tentang kewujudan diri yang unik. Tidak salah membuat identifikasi dengan orang yang terkenal dengan syarat tidak keterlaluan dan jika orang itu membuat <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> berazam untuk berjaya.<br /><br /></span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-size:100%;"><em>Pengukuhan melalui kecemerlangan dan pencapaian<br /><br /></em>Salah satu aspek yang dapat menyumbang kepada pengukuhan kendiri <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> ialah kecemerlangan dan pencapaian. Kedua-dua ini merupakan satu desakan untuk bersaing sesama sendiri yang kemudiannya akan menentukan arah kendiri, membuatkan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b><br /><br /></span> lebih bebas untuk membuat keputusan sendiri, lebih bersedia dengan cabaran dan tuntutan persekitaran dan lebih mempunyai keupayaan daya tindak.</div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-size:100%;"><em>Pengukuhan melalui identiti<br /><br /></em>Identiti tidak sama dengan konsep kendiri. Identiti merujuk kepada perasaan yang seseorang itu berbeza dengan orang lain. Jika seseorang <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> memperolehi identity maka ia jadi individu yang jujur dan unggul yang wujud bukan di bawah bayang-bayang orang lain. Ia kan jadi individu yang bebas dan berkeyakinan. Krisis identiti pula bermaksud satu tempoh masa bergelut atau satu tempoh masa secara aktif <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b></span> mempersoalkan diri dan hidupnya demi memperolehi satu keputusan kerjaya, kepercayaan dan nilai.</div></li></ul> </div> <div class="post-footer"> <p class="post-footer-line post-footer-line-1"><span style="font-size:100%;"><span class="post-icons"></span></span></p> </div></div> <div class="post hentry"><span style="font-size:100%;"><a name="2371399769104127093"></a></span> <h3 class="post-title entry-title"><span style="font-size:100%;"><a href="http://shukreyahz.blogspot.com/2007/02/perkembangan-kognitif-dan-moral-remaja_09.html"><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Kognitif dan Moral <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b></a></span> </h3><h3 class="post-title entry-title">Z<span style="font-size:85%;">aman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> boleh dikatakan pemikiran mereka mualai berubah dengan cepat dan kadang-kadang susah bagi ibu bapa memahaminya. Boleh dikatakan masa ini <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> banyak menyelesaikan masalah melalui cara yang berbentuk logic dan bukan berdasarkan fakta sahaja. Ini selaras dengan pendapat Jean Piaget di mana kanak-kanak yang berumur 12 tahun ke atas pemikiran mereka lebih mirip ke arah olahan formal. Pemikiran atau kognisi mengalami banyak peubahan semasa zaman <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>. Bukan sahaja pemikiran <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> berubah dari segi daya penaakulan, tetapi juga pemikiran jadi abstrak serta wuud kognisi sosial.<br /></span></h3> <div class="post-body entry-content"><p><span style="font-size:100%;"><br /><strong><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Kognisi <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b></strong><br />Apabila <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mula mentaakul secara abstrak, mereka sering menjadi amat bangga dengan kemahiran ini kerana berfikir bahawa mereka boleh menyelesaikan segala masalah. Sikap ini menjadikan <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> terlalu idealistic dan kurang menghargai batasan logic (Piaget 1967). Contohnya <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> hairan mengapa ibu bapa tidak sedar beberapa kesilapan yang mereka lakukan semasa membesarkan anak-anak.<br /><br /><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> pemikiran formal juga membawa kepada kekeliruan, iaitu antara pemikirang mereka sendiri dengan pemikiran orang lain. Kekeliruan pandangan merupakan satu bentuk egosentrisme yang menekankan masalah dan pemikiran abstrak. <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> yang egosentrik ini akan mengandaikan yang orang lain akan terus memikirkan tentang prestasinya secara terperinci seperti apa dia sedang lakukan. Sebenarnya <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> tidak ada bukti tentang wujudnya situasi itu.<br /><br /><strong><b style="color: black; background-color: rgb(160, 255, 255);">Perkembangan</b> Moral</strong><br />Semasa <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b>, peraturan sosial mula dipersoalkan kerana <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">remaja</b> mula sedar tentang piawai moral yang bersifat subjektif yang dibina oleh individu-individu tertentu boleh berubah dan boleh ditentang. Peraturan sosial dilihat sebagai jangkaan sosial, sama ada daripada ibu bapa atau masyarakat yang tidak semestinya dipatuhi.<br /><br /><em>Pemikiran <b style="color: black; background-color: rgb(153, 255, 153);">Remaja</b> dalam Empat Bidang Kognitif Sosial<br /></em></span></p><p><span style="font-size:100%;"><em></em>sumber:www.wikipedia</span><br /></p></div></div>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-12014499267446348392008-03-18T01:41:00.001-07:002008-03-18T01:41:48.714-07:00<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="800"><tbody><tr><td><table style="border-collapse: collapse;" border="1" bordercolor="#bad97d" cellpadding="0" cellspacing="0" width="800"><tbody><tr><td height="620" valign="top" width="800"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="799"><tbody><tr><td valign="top" width="600"><table style="border-collapse: collapse;" border="0" bordercolor="#bad97d" cellpadding="0" cellspacing="0" width="600"><tbody><tr><td><table border="0" cellpadding="4" cellspacing="2" width="589"><tbody><tr><td><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="588"><tbody><tr><td align="left" valign="top" width="358"><table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" width="350"><tbody><tr><td><a class="jdlmenu">Bimbingan Konsulen</a></td> </tr> <tr><td><a class="teksisi">Guru Pembimbing :<br /> </a><ol><a class="teksisi"> </a><li><a class="teksisi">Dra. Zulmadini Abidin </a></li><li><a class="teksisi">Dra. Elisabeth Matulesy </a></li><li><a class="teksisi">Dra. Mardiana Ilam </a></li><li><a class="teksisi">Dra. Triyatun </a></li><li><a class="teksisi">Takdir Firman Nirwana, S.Psi </a></li></ol> <a class="teksisi"> </a></td> </tr> </tbody></table> </td></tr> </tbody></table> <p> </p><p> <a class="teksisi">Ruang ini dapat Anda gunakan untuk berkonsultasi dengan Guru BK </a><a class="konsul2" href="http://www.sman42-jkt.sch.id/tmp.php?to=42_0231"><i>Click Form</i></a> </p><p> </p><p> </p><p> <a class="jdlmenu">PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING <br /></a><a class="teksisi">Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. </a></p><p> <a class="jdlmenu">TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING <br /></a> <a class="teksisi">Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>FUNGSI BIMBINGAN KONSELING</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Fungsi Pemahaman </a></li><li><a class="teksisi">Fungsi Pencegahan </a></li><li><a class="teksisi">Fungsi Pengentasan </a></li><li><a class="teksisi">Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan </a></li><li><a class="teksisi">Fungsi Advokasi </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING</b></a></p><p> </p><ol><li><a class="teksisi">Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspek perkembangan individu, (4) perbedaan individual. </a></li><li><a class="teksisi">Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental individu terhadap lingkungan sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya. </a></li><li><a class="teksisi">Prinsip berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan (4) penilaian teratur & terarah </a></li><li><a class="teksisi">Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1) pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh profesional & kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING</b></a></p> <ul type="a"><li><a class="teksisi">Asas Kerahasiaan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kesukarelaan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Keterbukaan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kegiatan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kekinian </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kedinamisan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Keterpaduan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kenormatifan </a></li><li><a class="teksisi">Asas Keahlian </a></li><li><a class="teksisi">Asas Kemandirian </a></li><li><a class="teksisi">Asas Alih Tangan Kasus </a></li><li><a class="teksisi">Asas Tutwuri Handayani </a></li></ul> <p> <a class="teksisi"><b>PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">BK merupakan pelayanan psiko-paedagogis dalam bingkai budaya Indonesia dan religius. </a></li><li><a class="teksisi">Arah BK mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal. </a></li><li><a class="teksisi">Membantu siswa agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembangannya. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>VISI BIMBINGAN DAN KONSELING</b><br />Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>MISI BIMBINGAN DAN KONSELING</b><br />Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam: </a></p><ol><li><a class="teksisi">Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME; </a></li><li><a class="teksisi">Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan; </a></li><li><a class="teksisi">Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual; </a></li><li><a class="teksisi">Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ; dan </a></li><li><a class="teksisi">Pengaktualisasian diri secara optimal. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMA</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta peranannya sebagai pria atau wanita; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan pertumbuhan Jasmani Sehat; </a></li><li><a class="teksisi">Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan dalam pilihan karir; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara; </a></li><li><a class="teksisi">Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni; </a></li><li><a class="teksisi">Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>PROFIL KOMPETENSI LULUSAN SMA</b></a></p><p> <a class="teksisi"><b>ASPEK AFEKTIF</b><br /> Siswa memiliki : </a></p><ol><li><a class="teksisi">Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing. </a></li><li><a class="teksisi">Memiliki nilai-nilai etika dan estetika. </a></li><li><a class="teksisi">Memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi dan humaniora. </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>ASPEK KOGNITIF</b><br />Menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. </a></p><p> <a class="teksisi"><b> ASPEK PSIKOMOTOR</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global. </a></li><li><a class="teksisi">Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>PENGEMBANGAN KOMPETENSI MELALUI BIMBINGAN KONSELING</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Perhatikan masing-masing butir tugas-tugas perkembangan siswa SLTA dan profil lulusan SLTA </a></li><li><a class="teksisi">Kembangkan butir tersebut kedalam bidang-bidang Bimbingan Konseling (Pribadi, Sosial, Belajar, Karir) </a></li><li><a class="teksisi">Rumuskan setiap pengembangan butir ke dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan </a></li><li><a class="teksisi">Tentukan materi yang akan diberikan untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan </a></li><li><a class="teksisi">Pilihlah kegiatan layanan, kegiatan pendukung dan penilaian yang relevan dengan kompetensi. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>1. BIMBINGAN PRIBADI SISWA SLTA</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta dalam penyaluran dan pengembangannya. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan. </a></li><li><a class="teksisi">Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>2. BIMBINGAN SOSIAL SISWA SLTA</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan kemampuan bersikap dalam berhubungan sosial, baik di rumah, sekolah, tempat bekerja maupun dalam masyarakat. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan kemampuan pengembangan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik di lingkungan sekolah yang sama maupun di luar sekolah. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaanya secara dinamis serta bertanggung jawab. </a></li><li><a class="teksisi">Orientasi tentang hidup berkeluarga. </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>3. BIMBINGAN BELAJAR SISWA SLTA</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Pemantapan sikap dan kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif, efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok. </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah lanjutan tingkat atas sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian. </a></li><li><a class="teksisi">Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas. </a></li><li><a class="teksisi">Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi. </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>4. BIMBINGAN KARIR SISWA SMA</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan </a></li><li><a class="teksisi">Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya </a></li><li><a class="teksisi">Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kepentingan hidup </a></li><li><a class="teksisi">Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>PENGENALAN DIRI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGEMBANGAN DIRI DAN KARIR</b><br /></a></p><ol><li><a class="teksisi">Siswa mengenal dan memahami siapa dirinya. </a></li><li><a class="teksisi">Siswa mengenal dan memahami lingkungannya, meliputi lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, sosial, budaya dan masyarakat. </a></li><li><a class="teksisi">Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan untuk pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pegembangan arah karir yang hendak diraihnya dimasa yang akan datang. </a></li></ol><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN ORIENTASI</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN INFORMASI</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN PEMBELAJARAN</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, program studi, program latihan, magang, ko/ekstra kurikuler, dll) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN KONSELING PERORANGAN</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK</b><br />Layanan BK yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>LAYANAN KONSELING KELOMPOK</b><br />Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING</b> </a></p><ol><li><a class="teksisi">APLIKASI INSTRUMENTASI BK (TES/ NON-TES) </a></li><li><a class="teksisi">HIMPUNAN DATA (PRIBADI SISWA, PRESTASI, OBSERVASI, ABSENSI, CATATAN KEJADIAN) </a></li><li><a class="teksisi">KONFERENSI KASUS </a></li><li><a class="teksisi">KUNJUNGAN RUMAH </a></li><li><a class="teksisi">ALIH TANGAN KASUS </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>APLIKASI INSTRUMENTASI</b><br />Kegiatan pendukung BK untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>HIMPUNAN DATA</b><br />Kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>KONFERENSI KASUS</b><br />Kegiatan pendukung BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai fihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>KUNJUNGAN RUMAH</b><br />Kegiatan pendukung BK untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>ALIH TANGAN KASUS</b><br />Kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut </a></p><p> <a class="teksisi"><b>KETENAGAAN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM BK</b><br />Guru BK: <br />Konselor, adalah guru yang berlatar-belakang pendidikan BK yang melakukan: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/ penilaian, analisis, dan tindak lanjut program dan kegiatan layanan BK.<br />Guru Pembimbing, adalah Konselor dan Guru yang ditugaskan dalam penyelenggaraan bimbingan.<br />Guru Mata Pelajaran, adalah mitra kerja Guru BK dalam pelaksanaan program BK.<br />Wali Kelas, adalah mitra kerja dalam pelayanan BK. Kepala Sekolah, adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah, termasuk kegiatan BK. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING</b><br />Didasarkan KEBUTUHAN NYATA siswa LENGKAP dan MENYELURUH (memuat segenap fungsi BK) SISTEMATIS (disusun menurut urutan logis, singkron, dan tidak tumpang tindih). TERBUKA dan LUWES (mudah menerima masukan tanpa harus merombah program secara menyeluruh) Memungkinkan KERJASAMA dengan pihak terkait lDimungkinkan PENILAIAN dan TINDAK LANJUT. </a></p><p> <a class="teksisi"><b>PERMASALAHAN</b><br />Penyusunan Program BK, tidak didasarkan pada kebutuhan nyata siswa. Pelaksanaan Program BK </a></p><ol><li><a class="teksisi">Tidak adanya jam masuk kelas </a></li><li><a class="teksisi">Kurangnya sarana dan prasarana </a></li><li><a class="teksisi">Masih adanya tugas-tugas yang mestinya bukan tanggung jawab guru BK. </a></li><li><a class="teksisi">Belum adanya kepercayaan terhadap guru BK </a></li><li><a class="teksisi">Penilaian BK, masih bervariasinya sistem penilaian dalam BK. </a></li></ol> <p> <a class="teksisi"><b>CONTOH PENGEMBANGAN SILABUS</b><br /> Tugas perkembangan I <br />Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.<br />Bidang Bimbingan Pribadi<br />Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. </a></p><p> <a class="teksisi">Rumusan Kompetensi :<br />Memahamin secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran agama yang dianutnya.<br />Materi Pengembangan Kompetensi <br />Macam-macam kaidah ajaran agama.<br />Kelas : X – XII <br />Kegiatan Layanan : Orientasi dan Informasi<br />Kegiatan Pendukung : Aplikasi Instrumentasi, Himpunan Data<br />Penilaian : Laijapen, Laijapan <br />Keterangan : Bekerjasama dengan Guru Agama </a></p></td></tr> </tbody></table> </td> </tr> <!------ Batas Menu Tengah Detl --------> </tbody></table> </td> <!------ Batas Akhir Menu tengah berita --------> </tr></tbody></table> </td> </tr> </tbody></table> </td> </tr> <!---- Catatan kaki----> <tr> <td bgcolor="#609941" height="7"> <br /></td> </tr> <tr> <td bg style="color:#609941;"><center><a class="footer"><span style="color:white;"> Sekolah Menegah Atas Negeri 42 Jakarta<br /> Diperbarui terakhir 15 April 2007, sampaikan saran kepada webmaster@sman42-jkt.sch.id</span></a></center> <a class="footer"><span style="color:white;"> </span></a></td></tr></tbody></table>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4559860190994264609.post-66227249140818921332008-03-18T01:26:00.000-07:002008-03-18T01:30:08.398-07:00bimbingan konseling<p><span style="font-size:78%;"><b><span style=";font-family:Arial;color:black;" >SEKS PRA NIKAH REMAJA,TREND KAH? </span></b></span><span style=";font-family:Arial;font-size:78%;color:black;" ><br />PERILAKU seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.<br /><br />Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.<br /><br />Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. <o:p></o:p></span></p> <p><span style=";font-family:Arial;font-size:9;color:black;" ><span style="font-size:78%;"><br />Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.<br /><br />Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.</span> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>cinta_bloggerhttp://www.blogger.com/profile/15305659562632503288noreply@blogger.com0